Wakaf Alquran – Agama Islam merupakan agama nasihat, yg dimana semua sendi dlm agama islam yakni senantiasa menasihati &dinasihati. Sebagaimana dlm hadis dari Tamim Ad Dariy radhiallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda:
“Agama adalah nasehat”. Para sobat mengajukan pertanyaan: “Untuk siapa?”. Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin &umat muslim seluruhnya” (HR. Muslim, no. 55).
Namun, dlm memberikan nasihat tidaklah boleh asal pilih, &berikut merupakan adab-adab dlm memberikan nasihat:
Nasihat Didasari Niat Ikhlas
Sebagaimana kita pahami bahwa amalan kebaikan tidak diterima &tidak dianggap selaku amalan shalih kecuali bila dengan niat yg ikhlas. Dari Umar bin Khathab radhiallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, &seseorang mendapatkan ganjaran sesuai niatnya. Orang yg hijrah untuk Allah &Rasul-Nya maka ia menerima ganjaran sebagai amalan hijrah untuk Allah &Rasul-Nya. Orang yg hijrah untuk mendapatkan dunia atau untuk menikahi wanita, maka hijrahnya sekedar yg untuk apa yg ia niatkan tersebut” (HR. Bukhari no. 6953).
Menasihati dengan Cara yg Benar Sesuai Syariat
Selain niat harus ikhlas, cara menawarkan nasihat juga mesti benar. Allah SWT berfirman:
“Barangsiapa yg mengharapkan pertemuan dengan Rabb-Nya maka amalkanlah amalan kebaikan &jangan mempersekutukan Rabb-nya dengan sesuatu apapun” (QS. Al Kahfi: 110).
As Sa’di dlm Tafsir-nya menjelaskan:
“[maka amalkanlah amalan shalih] yakni amalan yg sesuai dengan syariat Allah, berupa amalan yg wajib atau mustahab, [ &jangan mempersekutukan Rabb-nya dengan sesuatu apapun] tujuannya: jangan riya’ dlm amalan, tetapi harus nrimo mengharap tampang Allah. Maka ayat ini menggabungka dua syarat diterimanya amalan: ikhlas &mutaba’ah (mengikuti tuntunan)”.
Gunakan Kata-Kata yg Baik
Dalam memberikan nasehat hendaknya menggunakan kata-kata yg baik, yakni kata-kata yg penuh kelembutan &pesan yang tersirat. Perhatikan bagaimana Allah Ta’ala perintahkan Nabi Musa &Nabi Harun ‘alaihimassalam ketika akan memberi nasehat kpd Fir’aun, Allah berfirman:
“Hendaknya kalian berdua ucapkan perkataan yg lemah lembut, gampang-mudahan ia akan ingat atau takut kpd Allah” (QS. Thaha: 44).
Tabayun atau Cross-Check Berita
Hendaknya saat menunjukkan nasihat kpd orang lain, tidak bertopang pada kabar yg tidak terang &simpang-siur. Karena kabar yg tidak terperinci atau simpang siur, bukanlah ilmu &bukanlah keterangan sama sekali. Orang yg menyampaikannya disebut orang yg melakukan kebodohan. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang- orang yg beriman, kalau ada seorang faasiq datang kpd kalian dengan membawa suatu informasi penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan hingga kalian menimpakan suatu ancaman pada sebuah kaum atas dasar kebodohan, lalu hasilnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian” (QS. Al-Hujurat: 6).
Maka hendaknya cek &ricek, klarifikasi &konfirmasi, sebelum beranjak untuk memperlihatkan nasehat. Itulah etika dlm menawarkan nasehat yg harus kita lakukan.
Jangan Suuzhan! (Buruk Sangka)
Hendaknya nasehat yg diberikan kpd orang lain, bukan didasari oleh dugaan jelek. Allah SWT berfirman:
“Jauhilah kalian dari pada umumnya persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka ialah dosa” (QS. Al-Hujuraat: 12).
Jangan Memaksa Agar Nasihat Diterima
Ibnu Hazm Al Andalusi rahimahullah mengatakan:
“Jangan engkau menasehati orang dengan mempersyaratkan harus diterima nasehat tersebut darimu, jikalau engkau melaksanakan tindakan berlebihan yg demikian, maka engkau ialah ORANG YANG ZHALIM bukan orang yg menasehati. Engkau juga orang yg menuntut ketaatan kolam seorang raja, bukan orang yg ingin menunaikan amanah kebenaran &persaudaraan. Yang demikian juga bukanlah perlakuan orang berakal &bukan perilaku kedermawanan, tetapi bagaikan perlakuan penguasa kpd rakyatnya atau majikan kpd budaknya” (Al Akhlaq was Siyar fi Mudawatin Nufus, 45).
Maka yg benar, sampaikan nasehat. Jika diterima, itu yg diperlukan. Jika tidak diterima maka tidak mengapa.
Tidak Menasihati di Depan Umum
Hendaknya memberi nasehat kpd orang lain tidak dihadapan orang banyak. Karena orang yg dinasehati akan tersinggung &merasa dipermalukan di depan orang-orang. Sehingga tujuan dari nasehat akan menjadi jauh tercapai. Oleh alasannya itu, etika dlm memperlihatkan nasehat ini harus kita amalkan agar tujuan dari nasehat mampu tercapai.
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
“Berilah nasihat kpdku ketika saya sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah insan itu tergolong sesuatu Pelecehan yg aku tidak senang mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi &menolak saranku. Maka janganlah engkau marah kalau kata-katamu tidak saya turuti” (Diwan Asy Syafi’i, hal. 56).
Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak menawarkan nasehat kpd seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yg menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yg menasehatinya di depan orang banyak maka bergotong-royong ia mempermalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77).
Oleh alasannya adalah itulah Nabi Muhammad SAW bersabda tentang menasehati pemimpin:
“Barangsiapa ingin menasehati penguasa dengan sesuatu hal, maka janganlah tampakkan nasehat tersebut secara terang-terangan. Namun ambillah tangannya &bicaralah empat mata dengannya. Jika nasehat diterima, itulah yg dibutuhkan. Jika tidak diterima, engkau telah menunaikan apa yg dituntut darimu” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani dlm Takhrij As Sunnah Libni Abi Ashim, 1097).
Demikian itulah beberapa akhlak dlm memberikan nasehat. Jangan lupa amalkan ya, Sahabat Bawais!
Sumber gambar: madaninews.id
Editor: Rizal Hadizan
Baca Juga: Percetakan Alquran