Wakaf Alquran – Takdir buruk merupakan insiden pahit yg Allah SWT takdirkan untuk terjadi kpd makhluk-Nya.
Terkadang, insan harus mengalami hal tersebut, mirip sakit keras, orangtua meninggal, dizalimi sahabat atau rekan kerja &bahkan disebarkan fitnah buruk wacana dirinya sampai merasa sakit hati.
Nah, bagaimanakah perilaku seorang mukmin yg benar untuk menanggapi hal tersebut? Berikut ini beberapa tipsnya dari Ibnu Qayyim!
Tips 1
Di dlm kitab Al-Fawaid, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah bertutur
إذا جرى على العبد مقدور يكرهه فله فيه ستّة مشاهد
Jika suatu takdir yg jelek menimpa seorang hamba, maka ia mempunyai enam perilaku &sisi pandang:
الأوّل: مشهد التوحيد، وأن الله هو الذي قدّره وشاءه وخلقه، وما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن
Pertama: Pandangan (beling mata) Tauhid. Bahwa Allahlah yg menakdirkan, mengharapkan &menciptakan peristiwa tersebut. Segala sesuatu yg Allah harapkan pasti terjadi, & segala sesuatu yg tidak Allah harapkan tidak akan terjadi.
Allah lah yg memilih kita menjadi korban fitnah ini. Radhiitu billahi Rabbaa, saya ridha Allah menjadi Rabbku &Sang Pengaturku. Saya tidak akan memprotes takdir-Nya.
Karena saban hari seorang hamba berpeluang tertimpa bencana alam, maka pantaslah prinsip hidup yg mirip ini dlm Islam disyari’atkan untuk diwujudkan dlm ucapan dzikir pagi &sore, bahkan disyari’atkan untuk diucapkan 3 kali,
رضيت بالله رباً، وبالإسلام ديناً، وبمحمد صلى الله عليه و سلم نبيا
“Aku rela Allah selaku Rabb-ku, Islam selaku agamaku &Nabi Muhammad shalllallahu ‘alaihi wa sallam selaku Nabiku” (HR. Ahmad & yg yang lain, dishahihkan oleh Al-Hakim &disetujui oleh Adz-Dzahabi).
Tips 2
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah melanjutkan
الثاني: مشهد العدل، وأنه ماض فيه حكمه، عدل فيه قضاؤه
Kedua: Kacamata keadilan. Bahwa dlm kejadian tersebut berlaku aturan-Nya &adil ketentuan takdir-Nya.
Penjelasan
Setiap peristiwa yg ditakdirkan terjadi pada diri seorang hamba pastilah Allah selalu adil &tidak pernah zalim kpdnya, lantaran Allah menentukan takdir bagi seorang hamba senantiasa sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya &sesuai dengan ilmu-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِﾵ
“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya” (Fushshilat:46).
Bukankah setiap bencana alam yg ditakdirkan menimpa kita lantaran akhir dosa kita?
Allah SWT berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja petaka yg menimpa kalian maka yaitu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, &Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian)” (Asy-Syuuraa: 30).
Tips 3
Kemudian Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
الثالث: مشهد الرحمة،وأن رحمته في هذا المقدور غالبة لغضبه وانتقامه، ورحمته حشوه
Ketiga: Kacamata kasih sa yg. Bahwa rahmat-Nya dlm peristiwa pahit tersebut mengalahkan kemurkaan &siksaan-Nya yg keras, serta rahmat-Nya memenuhinya.
Penjelasan:
Tidaklah Allah menakdirkan atas diri seorang mukmin suatu peristiwa yg pahit, kecuali didasari kasih sa yg-Nya kpd hamba tersebut. Dan kasih sa yg-Nya mengalahkan marah-Nya.
Allah SWT berfirman:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu” (Al-A’raaf:156).
Dalam suatu Hadits Qudsi, Allah berfirman,
إن رحمتي سبقت غضبي
“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku” (HR. Bukhari &Muslim) .
Tips 4
Selanjutnya, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah bertutur
الرابع: مشهد الحكمة، وأن حكمته سبحانه اقتضت ذلك، لم يقدّره سدى ولا قضاه عبثا
Keempat: Kacamata pesan tersirat. Hikmah-Nya Subhanahu menuntut menakdirkan kejadian itu, tidaklah Dia menakdirkan begitu saja tanpa tujuan &tidaklah pula Dia menentukan suatu ketentuan takdir dengan tanpa nasihat.
Penjelasan:
Hikmah pentakdiran pastilah ada. Namun pesan yang tersirat tersebut sering kali kita tahu, namun kerap kali pula kita tidak tahu. Namun, ketidaktahuan kita kepada suatu nasihat dari insiden tertentu , tidaklah membatasi kita berbaik sangka kpd Allah Ta’ala.
Bahwa dengan pesan tersirat Allah, Allah memastikan suatu takdir. Jadi, kita meyakini bahwa Allah Ta’ala Maha Bijaksana dlm menetapkan takdir-Nya.
Allah SWT berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa bahu-membahu Kami menciptakan kau secara coba-coba (saja), &bahwa kamu tidak akan dikembalikan kpd Kami?” (QS. Al Mukminuun: 115).
Allah SWT juga berfirman,
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia menduga, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (Al-Qiyaamah: 36).
Tips 5
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah bertutur:
الخامس: مشهد الحمد، وأن له سبحانه الحمد التام على ذلك من جميع وجوهه
Kelima: Kacamata kebanggaan. Bahwa Dia Subhanahu terpuji dengan kebanggaan tepat atas penakdiran peristiwa tersebut, dari segala segi.
Penjelasan:
Allah terpuji dari segala segi, terpuji dzat, nama, sifat maupun perbuatan-Nya, termasuk terpuji saat menakdirkan suatu takdir yg pahit, lantaran semua itu menurut ilmu &permintaan pesan yang tersirat-Nya.
Allah SWT berfirman,
دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ ۚ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Do’a mereka di dlmnya merupakan subhanakallahumma &salam penghormatan mereka ialah salam. Dan epilog doa mereka ialah segala puji cuma bagi Allah Rabb semesta alam.” (Yuunus: 10).
Sumber: Mitrapost.com
Editor: Rizal Hadizan
Baca Juga: Percetakan Quran